Senin, 05 Maret 2012

PROPOSAL PEKERJAAN SURVEY DAN PEMETAAN TOPOGRAFI


BAB  I

PENDAHULUAN




1.1.      LATAR BELAKANG
           Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan investasi dalam pemanfaatan sumber daya alam, maka kebutuhan informasi geografi suatu wilayah dalam skala yang lebih detail merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat mendesak untuk disegerakan pengadaannya.
          
Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya kebutuhan akan informasi yang lebih detail tentang kondisi topografi suatu daerah dengan terpaksa mengadakan survey dan pemetaan sendiri berhubung tertinggalnya atau terlambatnya Indonesia dalam memetakan seluruh wilayahnya untuk peta skala besar. 

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi/tanah yang dinyatakan dengan garis ketinggian (kontur) memperlihatkan unsur-unsur asli atau alam dan unsur-unsur buatan manuasia seperti jalan, bangunan, sungai, saluran dan lain sebagainya diatas muka bumi ini. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal (diidentifikasi) dan pada umumnya diusahakan untuk diperlihatkan pada posisi sebenarnya.

Peta topografi disebut juga sebagai peta umum (bersifat umum) sebab dalam peta topografi tersebut unsur-unsur yang disajikan bukan hanya satu jenis saja, tetapi justru dicoba untuk menyajikan semua unsur yang ada pada permukaan bumi ini. Penyajian tersebut sudah tentu dengan memperhitungkan skala. Jadi peta topografi dapat digunakan untuk bermacam-macam tujuan.

Peta topografi dikenal sebagai peta dasar yang digunakan sebagai sarana perencanaan umum untuk suatu pekerjaan perencanaan pemgembangan suatu wilayah.

1.2.      MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud diadakannya pekerjaan pengukuran dan pemetaan topografi adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih rinci bentuk permukaan tanah secara umum yang dilengkapi dengan tampakan-tampakan khas, baik berupa unsur-unsur alami maupun unsur-unsur buatan dan dapat dipertanggung jawabkan secara teknis, dengan tujuan memberikan informasi topografi suatu wilayah yang akan mendukung pengambilan keputusan secara tepat.

1.3.      RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Ruang lingkup pekerjaan Pengukuran untuk Survey dan Pemetaan Topografi  yang akan dilaksanakan meliputi :
Persiapan
a)            Kantor
-        Administrasi
-        Pengadaan Peta Dasar dan Peta Kerja
-        Peralatan + Personil
b)            Lapangan
-        Mobilisasi
-        Orientasi Lapangan    

2.      Pelaksanaan
-        Pematokan dan Pemasangan Tugu/Bench Mark
-        Pengukuran Kerangka Horisontal dan Vertikal
-        Pengukuran Situasi

3.      Pekerjaan Studio
-        Pengolahan data
-        Editing data dan Penggambaran
-        Plotting peta hasil penggambaran (hard copy)
-        Pelaporan



1.4.      STRUKTUR  ORGANISASI
Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan dibuat dengan tujuan untuk menata dan mengatur pola kerja secara efektif dan efisien.
Sebelum tim pelaksana lapangan mulai bekerja, volume pekerjaan dan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan telah diperhitungkan/diperkirakan. Dengan demikian struktur organisasi proyek yang efektif, efisien telah dideskripsikan secara jelas tugas dan tanggung jawab masing-masing personil serta hubungan kerja antara satu dengan lainnya.

Selanjutnya saat pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan kegiatan-kegiatan lainnya, dilakukan koordinasi baik dalam organisasi pelaksana sendiri maupun dengan Pemilik pekerjaan dan Pimpinan setempat.
Tim pelaksana yang terlibat dalam pekerjaan ini adalah :

1.      Tenaga Ahli Geodesi
Tenaga ahli Geodesi sekaligus Team Leader adalah penanggung jawab pekerjaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pembuatan laporan akhir.

2.      Surveyor (Asisten Geodetic)
Merupakan tenaga pelaksana lapangan dan mengawasi pekerjaan studio dimana secara struktural dibawah pengawasan atau koordinasi team Leader tetapi tidak membawahi tenaga yang terlibat pengolahan data.

3.      Asisten Surveyor
Merupakan tenaga pelaksana lapangan dan mengawasi pekerjaan tenaga lokal.

4.      Data processing
Data Processing diwajibkan yang mempunyai latar belakang pendidikan geodesi, agar dapat menganalisasi kesalahan yang disebabkan dalam pekerjaan. Data processing merupakan pelaksana untuk editing dan proses pembuatan peta digital hingga pembuatan peta garis dalam bentuk hard copy.  

BAB  II

PERSIAPAN PEKERJAAN



2.1.            PERSIAPAN KANTOR
Pekerjaan  persiapan  merupakan pekerjaan  yang meliputi :
1.      Persiapan dan pembuatan dokumen kontrak
Tahapan pekerjaan Persiapan Kontrak terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi :
-        Pembuatan usulan teknik
-        Pembuatan usulan biaya
-        Pembuatan dokumen administrasi
2.      Pengurusan surat-surat yang berkaitan dengan perijinan
3.      Pengumpulan data pendukung proses pekerjaan lapangan                      
4.      Pencarian informasi keadaan/kondisi lapangan
5.      Pembuatan rencana pekerjaan pengukuran
6.      Persiapan Tim Pengukuran dan peralatan ukur

1.      Tim Pengukuran/Personil
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan tenaga-tenaga survey yang berpengalaman. Personil yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah :
1.      Team Leader/Geodetic Engineer
2.      Chief Surveyor
3.      Surveyor
4.      Asisten Surveyor
5.      Data Processing
6.      Crew Survey

Peralatan Survey
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu peralatan yang akan digunakan. Peralatan yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis yang ada sehingga data pengukuran memenuhi kriteria yang diinginkan (telah dikalibrasi).
Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain :
1.      Alat ukur teodolite Total Station yang mempunyai ketelitian pembacaan sudut terkecilnya 1 (satu) detik dan akurasi pengukuran jaraknya 5 + 3 ppm serta perlengkapannya
2.      Komputer (hardware dan software) + printer ukuran A3
3.      Kamera
4.      Kompas (Shunto), GPS Handheld
5.      Perlengkapan lapangan

2.2.      PERSIAPAN LAPANGAN
Pekerjaan yang berkaitan dengan persiapan lapangan terdiri dari beberapa  kegiatan antara lain :
-        Mobilisasi Tim Pengukuran
-        Persiapan base camp
-        Persiapan tenaga pembantu (tenaga lokal)
-        Persiapan material yang dibutuhkan
-        Koordinasi dengan instansi terkait
-        Pengenalan medan secara umum (orientasi lapangan)
-        Meneliti titik kontrol pemetaan yang dapat digunakan sebagai referensi atau titik ikat, misalnya titik kontrol hasil survey terdahulu
-        Menentukan lokasi pemasangan titik-titik kontrol pemetaan
-        Menentukan batas-batas areal pengukuran/pemetaan topografi










BAB  III
PELAKSANAAN LAPANGAN


Pemetaan topografi dilaksanakan dengan melakukan pengukuran kerangka dasar yang terdiri dari pengukuran kerangka dasar horisontal dan vertikal. Pengukuran tersebut dilakukan pada seluruh batas (garis terluar) dari area yang akan dipetakan. Tujuan pembuatan kerangka dasar ini adalah untuk membuat titik kontrol dan referensi untuk keperluan pengukuran selanjutnya, misalkan pembuatan poligon cabang (cut lines), pengukuran situasi dan detail topografi.
Secara umum tahapan pelaksanaan lapangan adalah sebagai berikut :
1.      Pembuatan dan pemasangan tugu (Bench Mark)/Patok Poligon
2.      Pengukuran Kerangka dasar Horisontal dan Vertikal
3.      Pengukuran situasi dan detail topografi

3.1.      PEMBUATAN DAN PEMASANGAN BM/PATOK POLIGON
a.   Penyebaran Bench Mark (BM) terlebih dahulu direncanakan pada peta kerja dan diasumsikan dipasang beberapa buah BM. Bench Mark yang dipasang tersebut dalam pelaksanaannya dapat diikatkan terhadap Titik Kerangka Nasional (apabila ada) yang dipasang dan diukur oleh Bakosurtanal atau Badan Pertanahan Nasional (BPN), sehingga menjadi satu sistem dengan Peta Nasional.
     
b.      Secara umum pemasangan BM harus ditempatkan pada tempat yang stabil dan mengutamakan keamanan dan mudah ditemukan bila saat diperlukan, hal tersebut menjadi penting karena tugu yang terpasang tersebut akan dipakai untuk rekonstruksi. Agar mudah terlihat warna tugu tersebut diberi warna yang mencolok. Hal tersebut berlaku juga untuk pemasangan patok poligon.

c.       Jarak antar patok poligon dapat dipasang ± 50 m atau disesuaikan dengan keadaan medan dan kemampuan jangkauan alat. Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk mengontrol kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran.
d.      Bench Mark dibuat sepasang pada posisi :
1.      Titik Awal Pengukuran
2.      Pojok/titik sudut batas-batas utama area pemetaan (kerangka dasar)
3.      Pada setiap kerapatan 1000 meter dari seluruh area pemetaan

e.       Spesifikasi Bench Mark dan Patok Poligon :
1.      BM pada titik awal dan titik sudut kerangka dasar dibuat dari beton dengan ukuran : 20 x 20 cm dengan panjang 120 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 100 cm
2.      BM pada kerapatan 1000 meter dibuat dengan pipa PVC ukuran 3 (tiga) inchi dengan ukuran panjang 120 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 100 cm
3.      Patok poligon dibuat dari kayu keras dengan diameter 5 cm, panjang 40 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 25 cm

3.2.            PENGUKURAN KERANGKA DASAR HORISONTAL
Dari hasil perencanaan pada peta kerja akan didapatkan jumlah jalur poligon, jumlah loop poligon, jumlah BM yang dipasang, perkiraan jumlah jarak poligon, serta penetapan jumlah jalur poligon utama dan poligon cabang, sehingga pada dasarnya untuk pengukuran kerangka dasar horisontal terdapat dua jenis pekerjaan poligon yaitu :
a.   Pengukuran Poligon Utama
b.   Pengukuran Poligon Cabang

3.2.1.      PENGUKURAN POLIGON UTAMA
Pengukuran poligon utama, digunakan sebagai kerangka acuan untuk mendapatkan kerangka dasar horizontal (X,Y,Z) yang mempunyai keandalan ukuran, dimana keandalan ukuran tersebut dinyatakan oleh ketelitian penutup sudut dan ketelitian linier jaraknya. Karena poligon utama merupakan titik dasar teknik maka diperlukan persyaratan tertentu pada pelaksanaan pengukurannya.
Pengukuran poligon utama dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a.       Pengukuran poligon utama ini menggunakan alat ukur teodolite Total Station yang mempunyai ketelitian pembacaan terkecilnya 1 (satu) detik
b.      Untuk memperkecil salah penutup sudut, pengukuran panjang sisi polygon diusahakan mempunyai jarak yang relatif jauh (minimum 50 m).
c.       Dihindari melakukan pengukuran sudut lancip (< 60o) yang dapat memperbesar kesalahan penutup sudut.
d.      Guna memperkecil kesalahan penempatan target prisma digunakan metoda centering optis yaitu tinggi tripod/kaki tiga target depan akan menjadi tinggi tripod alat pada perpindahan alat kesisi polygon berikutnya.
e.       Pengukuran poligon dilakukan tertutup atau terikat sempurna.
f.       Titik-titik poligon harus diikatkan dengan titik-titik kerangka dasar horisontal yang berada pada sistem daerah atau lokasi yang akan dipetakan.
g.      Toleransi salah penutup sudut maksimum adalah 10”Ön, dimana n adalah jumlah titik pengamatan/polygon (dimungkinkan melakukan kesalahan pengukuran sudut tidak lebih dari 10 detik dikali akar dari jumlah titik pengamatan/polygon).
h.      Ketelitian jarak linier harus lebih kecil dari 1/10.000 (dimungkinkan melakukan kesalahan pengukuran jarak tidak lebih dari 1 meter untuk setiap jarak 10 km)

3.2.2.      PENGUKURAN POLIGON CABANG
Maksud dilakukan pengukuran poligon cabang adalah untuk pengikatan titik-titik detail ditengah-tengah areal pengukuran yang jauh dari jalur poligon utama hingga dengan adanya titik-titik poligon cabang akan memperbanyak cakupan titik detail yang ada di lapangan.
Pengukuran poligon utama dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a.       Pengukuran sudut dan jarak menggunakan alat ukur yang sama dengan pengukuran poligon utama
b.      Poligon cabang dibuat pada setiap jarak 50 meter
c.       Pengukuran poligon cabang menggunakan metode terikat sempurna, diikatkan pada titik kerangka dasar/poligon utama
d.      Pengukuran beda tinggi untuk poligon cabang/cut lines dilakukan dengan cara trigonometris
e.       Toleransi salah penutup sudut maksimum adalah 20”Ön, dimana n adalah jumlah titik pengamatan/poligon.
f.       Ketelitian jarak linier harus lebih kecil dari 1/5.000
g.      Toleransi ketelitian beda tinggi adalah 40 mm ÖD, (D = jumlah panjang jarak jalur pengukuran dalam kilometer), kecuali pada jalur dimana diletakkan posisi BM toleransinya 20 mm ÖD

3.3.      PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL
            Pengukuran Kerangka Vertikal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a.   Pengukuran kerangka dasar vertikal menggunakan alat ukur theodolite Total Station yang mempunyai ketelitian pembacaan terkecilnya 1 (satu) detik yang pengambilan datanya bersamaan dengan pengukuran titik-titik kerangka dasar horisontal
b.   Titik-titik kerangka dasar vertical diikatkan dengan titik-titik kerangka dasar vertikal yang berada pada sistem daerah atau lokasi yang akan dipetakan
c.   Pengukuran dilakukan dengan cara trigonometris
c.   Toleransi ketelitian beda tinggi adalah 15 mm ÖD, (D = jumlah panjang jarak jalur pengukuran dalam kilometer),

3.4.            PENGUKURAN SITUASI DAN DETAIL TOPOGRAFI
Untuk menampilkan peta tiga dimensi maka dilakukan pengukuran situasi dan detail dimana obyek yang diukur adalah segala obyek yang ada di lapangan baik berupa detail alam maupun detail buatan manusia.
Pengukuran situasi dan detail dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a.       Pengukuran situasi dilakukan dengan cara trigonometris
b.      Akurasi alat yang digunakan minimal 30”
c.       Pengukuran situasi dilakukan dengan metode grid dengan kerapatan maksimal 15 meter
d.      Jika terdapat perubahan bentuk pada topografi maka perubahan tersebut harus diukur
e.       Setiap data pengukuran harus dilengkapi dengan sketsa lapangan
f.       Setiap data ukur harus diberi kode seperti kaki slope, kepala slope, elevasi, alur (creek), jalan, sungai, rawa dll.
g.      Pengukuran sungai, alur (creek), jalan dilakukan oleh tim khusus (tersendiri)
h.      Pengukuran harus diikatkan pada titik-titik poligon utama dan poligon cabang
i.        Toleransi ketelitian linear pengukuran situasi adalah 1 : 1.000
j.        Pengukuran jalan dilakukan pada kedua sisinya dengan kerapatan maksimal 20 meter
k.      Pengukuran sungai dilakukan pada tepi atas, tepi bawah dan as dengan kerapatan maksimal 15 meter
l.        Pengukuran alur dilakukan pada as dengan kerapatan maksimal 15 meter
















BAB  IV
 PEKERJAAN KANTOR/STUDIO



Pekerjaan kantor/studio merupakan kegiatan yang berhubungan dengan proses pekerjaan tahap akhir yang meliputi :
1.      Pengolahan data-data kerangka dasar horizontal dan vertikal serta situasi
2.      Pembuatan Peta (digital/garis)

4.1.      PENGOLAHAN DATA
4.1.1.   HASIL PENGUKURAN KERANGKA DASAR
a.   Pengukuran Kerangka Dasar dilakukan menggunakan alat ukur Teodolite Total Station dimana data yang diamati dilapangan berupa sudut (vertikal & horizontal) dan jarak serta variabel lainnya direkam langsung kedalam data kolektor atau pada internal memori alat tersebut yang selanjutnya dapat di download/ditransfer kedalam komputer PC atau Notebook menggunakan software yang tersedia misalnya Autoland Development, SDR, Topcon dan lainnya untuk segera dapat diproses. Proses download/transfer data ini dilakukan setiap hari sepulang dari lapangan untuk dapat segera mengantisipasi dan merencanakan progress kerja selanjutnya. Data yang diperoleh dari lapangan dihitung menggunakan hitung perataan pendekatan metoda Bowditch atau Least Square (Perataan Kwadrat Terkecil).
b.   Perhitungan koreksi beda tinggi berdasarkan jarak pengamatan pada setiap sisi (proposional terhadap jarak)
c.   Jika toleransi ketelitian tidak tercapai maka harus dilakukan pengukuran ulang pada sisi yang salah
d.   Perhitungan dapat diterima jika batas toleransi telah dipenuhi

4.1.2.   HASIL PENGUKURAN SITUASI DAN DETAIL TOPOGRAFI
a.   Pengolahan data situasi dan detail topografi dilakukan dengan menggunakan software survey
b.   Sebelum data situasi dan detail topografi diolah, terlebih dahulu harus disiapkan garis breaklines. Garis breaklines harus dibuat pada setiap :
      1.   Kepala dan kaki slope
2.   Tepi atas dan tepi bawah sungai
3.   As alur
4.   Kedua tepi jalan
5.   Surface editing
c.   Proses pembuatan surface pada software survey berupa Triangulation Irreguler Network (TIN) harus melibatkan seluruh data topografi (X,Y,Z) dan garis breaklines
d.   Surface editing dilakukan langsung pada TIN tetapi harus menggunakan garis breaklines
e.   Cek terhadap data situasi dan detail topografi dilakukan secara bertahap dengan menampilkan gambar kontur yang dilengkapi dengan gambar situasi. Jika koordinat kerangka dasar dan poligon cabang belum final, perhitungan koordinat data situasi dan detail topografi dihitung dengan koordinat sementara.
f.    Jika terdapat kekeliruan (data lapangan salah atau kurang) maka harus dilakukan pengecekan ulang terhadap data situasi dan detail topografi.
g.   Proses pembuatan surface final dengan menggunakan koordinat definitif dilakukan secara bersamaan untuk seluruh area pemetaan, selanjutnya dilakukan proses pembuatan kontur. Gambar kontur harus sesuai dengan sketsa lapangan.

4.2.      PEMBUATAN PETA
Pembuatan Peta adalah penggambaran titik-titik kerangka dasar pengukuran dan titik-titik detail yang dinyatakan dengan penyebaran patok, BM, titik-titik ketinggian dan obyek-obyek lainnya yang dianggap perlu dalam suatu areal pekerjaan. Penggambaran areal pekerjaan diproyeksikan pada bidang datar dengan skala 1 : 1000, Interval kontur 0,5 meter, ukuran lembar peta A0 (1200 mm x 900 mm).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penggambaran peta antara lain :
1.      Peta topografi harus memuat :
a.       Judul peta
b.      Peta lokasi proyek
c.       Peta indeks
d.      Lembar sheet
e.       Arah Utara peta
f.       Legenda
g.      Garis kontur dengan interval 1 meter
h.      Gambar situasi : jalan, bangunan, sungai, rawa, alur, dll.
i.         Bench Mark
j.        Garis dan angka grid dengan interval 200 meter

2.      Peta Traverse/Poligon harus memuat :
a.       Judul peta
b.      Peta lokasi proyek
c.       Peta indeks
d.      Lembar sheet
e.       Arah Utara peta
f.       Legenda
g.      Bench Mark
h.      Titik poligon kerangka dasar
i.        Titik poligon cabang
j.        Gambar situasi : jalan, bangunan, sungai, rawa, alur, dll.

3.      Pada peta digital (softcopy), setiap elemen/objek harus dibuat dalam layer tersendiri









BAB  V

LAPORAN DAN DATA




 5.1.     PEMBUATAN LAPORAN
Pembuatan laporan dilakukan untuk memberikan gambaran hasil pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan, sehingga dapat diketahui kondisi areal pekerjaan secara umum, informasi lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan survey dan pemetaan.
Laporan yang akan disampaikan adalah :
a.       Laporan Pendahuluan, berisi laporan mengenai rencana kerja
b.      Laporan Mingguan, berisi laporan mengenai kemajuan pekerjaan mingguan
c.       Laporan Bulanan, berisi laporan mengenai kemajuan pekerjaan bulanan
d.      Laporan Akhir, berisi laporan hasil seluruh pekerjaan
           
5.2.      PENYERAHAN DATA
Data-data yang diserahkan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan adalah :
a.       Satu berkas laporan tertulis tentang pelaksanaan pekerjaan
b.      Print out peta topografi skala 1 : 1.000
c.       Print out peta traverse/poligon skala 1 : 1.000
d.      Peta topografi dalam bentuk softcopy dengan menggunakan software Autocad (file dwg)
e.       Peta traverse/poligon dalam bentuk softcopy dengan menggunakan software Autocad (file dwg)
f.       Data asli hasil pengukuran
g.      Data hasil perhitungan dalam bentuk softcopy dan hardcopy
h.      Koordinat topografi (Easting, Northing, Elevation, Code)  
i.        Foto dan deskripsi Bench Mark




2 komentar:

  1. Vibet Casino NZ | Top Online Casino Site 2021
    The site has a huge selection of popular slot games and a great number 메리트 카지노 of 메리트카지노 casino games. We recommend you read our review. choegocasino

    BalasHapus